Pada kasus kali ini saya akan mengambil
contoh dari cara mengatasi stres. Cara mengatasi stres terdiri dari 2 yaitu,
effective coping dan ineffective coping. Yang akan saya uraikan dibawah ini
adalah mengenai ineffective coping.
Ineffective Coping merupakan suatu cara
yang salah dalam mengatasi atau menghadapi stres. Stres merupakan respon atau reaksi terhadap situasi yang
melampaui kemampuan seseoarang dalam menghadapinya.
Ineffective Coping terdiri dari 3, yaitu :
1. Withdrawal : Menghadapi masalah dengan
menarik diri dari masalah tersebut
2.
Aggression : Marah terhadap penyebab masalah tersebut
3. Self
Medication : Melampiaskan stres
dengan menggunakan tembakau, alkohol, dll.
1.
Withdrawal
Saya merupakan orang
yang kurang konsisten dalam berpendirian, selain itu terkadang saya kurang
mempunyai keberanian yang cukup dalam mengahadapi masalah.
Contoh:
Saat kelas 1 SD saya jarang
masuk sekolah dikarenakan sakit, selain itu dikarenakan saya yang masih kurang
bisa beradaptasi dengan baik dilingkungan baru saya. Saat saya tidak masuk
sekolah, ternyata guru memberikan PR yang harus dikumpulkan keesokan harinya.
Saya tidak tahu bahwa guru memberikan PR, sehingga saat saya datang keesokan
harinya saya dan beberapa teman saya diberikan hukuman karena tidak mengerjakan
PR. Beberapa minggu kemudian saya
kembali sakit dan tidak datang ke sekolah, seperi biasa guru kembali memberikan
tugas untuk dikumpul keesokan harinya. Dikarenakan saya yang takut dihukum
kembali, maka keesokan harinya saya masih tidak mau kesekolah dengan alasan saya
masih tidak enak badan, padahla alasan yang sebenarnya adalah untuk menghindari
hukuman tersebut. Saya merasa sudah aman karena telah melewati hari dimana saya
seharusnya mendapat hukuman, ternyata saat saya kembali masuk kesekolah guru
tetap memberikan hukuman. Saya baru menyadari bahwa saya teta harus bertanggung
jawab atas perbuatan saya dan menghindari masalah bukanlah cara yang tepat.
2. Aggression
Saya merupakan orang
yang temperamental, biasanya yang selalu menjadi pelampiasan kemarahan saya
adalah adik saya yang berusia 2 tahun lebih muda dari saya. Jika saya mengalami
suatu hal yang saya lakukan bersama dengan adik saya, kemudian kami mengalami kesalahan
dan saya mulai panik, maka adik saya selalu menjadi tempat pelampiasan kemarahn
saya.
Contoh:
Saat saya sedang
mengerjakan tugas, kemudian adik saya mengajak saya pergi kesuatu tempat.
Kemudian saya menuruti permintaannya,
tidak munafik saya menikmati perjalanan tersebut. Tetapi saat sampai dirumah
terlalu lama, kemudian tugas saya terbengkalai maka saya menyalahkan dia
mengapa mengajak saya keluar, padahal sebenarnya itu kesalahan saya yang tidak
menyelesaikan tugas terlebih dahulu. Sekarang saya menyadari bahwa cara
melampiaskan kemarahan pada orang lain bukanlah ara yang efektif karena selain
itu tidak dapat menyelesaikan masalah, itu juga dapat menyakiti hati orang
lain.
3. Self-Medication
Saya bukanlah pengguna
tembakau ataupun narkoba. Tetapi saya sering melihat orang-orang disekitar saya
menggunakan tembakau, seperti rokok. Biasanya intensitas mereka menggunakan
tembakau ini semakin meningkat saat mereka sedang menghadapi suatu masalah.
Contoh:
Salah seorang sepupu
saya merupakan seorang perokok, sekarang ia sudah bekerja di suatu perusahaan
yang cukup ternama, ia menjadi sering pulang larut malam dikarenakan lembur.
Sesampainya dirumah ia masih disibukkan dengan pekerjaan kantornya, biasanya
selam a mengerjakan pekrejaan kantornya tersbut ia terus-terusan merokook
bahkan tekadang tanpa henti. Hal ini ia lakukan untuk menghilangkan atau
mengurangi rasa stresnya terhadap pekerjaannya. Padahal merokok bukanlah cara
yang efektif, bahkan merokok dapat merusak kesehatan diri sendiri dan orang
lain.
No comments:
Post a Comment