Sunday, April 8, 2012

Contoh kasus Operant Conditioning



Kasus yang akan saya uraikan dalam materi Operant Conditioning ini adalah beberapa perbuatan saya didalam keluarga yang memiliki respon ataupun konsekuensi yang berbeda-beda yang saya dapatkan.

1.      Positive Reinforcement

Tindakan operant conditioning pertama yang saya lakukan adalah saat saya duduk di bangku SD saya belajar tilawah (MTQ) dengan seorang guru mengaji, awalnya saya merasa kurang percaya diri untuk memulai mengaji berirama seperti apa yang dicontohkan oleh guru saya, namun lama kelamaan rasa percaya diri saya mulai muncul dan saya mulai berani mengikuti irama mengaji guru saya. Keberanian ini muncul karena kedua orang tua saya selalu memberikan saya keyakinan bahwa saya mampu untuk melakukannya. Hingga suatu saat saya mulai mengikuti perlombaan tilawatil Quran (MTQ), perlombaan yang pertama kali saya ikuti saya mendapat juara harapan 2, kemudian saya menyadari bahwa saya memang mampu melakukannya dan saya harus menjadi lebih baik lagi di perlombaan selanjutnya. Saya berfikir jika saya mengajinya lebih baik lagi pasti saya akan mendapatkan posisi juara yang lebih baik pula, oleh karena itu saya belajar lebih keras dan lebih giat lagi. Hingga pada perlombaan berikutnya saya mendapat juara 3, juara 2, hingga juara 1.

Dalam hal ini yang berperan sebagai :
a)      Operant Conditioning yaitu kesadaran semakin bagus mengaji semakin bagus pula gelar juara yang dapat diraih.
b)      Perilaku Positif yaitu belajar mengaji.
c)      Positive Reinforcement yaitu pemberian semangat dan dorongan dari orang tua.
d)     Secondary Reinforcement yaitu gelar juara yang akan diraih, pujian


2.      Negative Reinforcement

Tindakan operant conditioning yang kedua adalah ketika saya mulai beranjak remaja saya mulai memasuki masa pencarian identitas diri dan cenderung memiliki emosi yang meledak-ledak. Saya menjadi lebih pemarah dan egois, pola belajar saya juga sempat tidak teratur karena saya sering bepergian dengan teman-teman sekolah. Suatu saat nilai ujian saya tidak sebagus biasanya dan saya merasa sangat kesal, sesampainya dirumah saya menceritakan tentang nilai saya kepada kedua orang tua saya, tetapi mereka tidak memarahi saya melainkan memberikan saya sindiran-sindiran yang membuat saya merasa bersalah. Sejak itu saya mulai bisa mengontrol diri saya dan sebisa mungkin mengatur pola belajar saya menjadi lebih baik.
Dalam hal ini yang berperan sebagai :
a)      Perilaku negatif yaitu pemarah, egois, waktu belajar tidak teratur.
b)      Negative Reinforcement yaitu sindiran-sindiran yang diberikan orang tua.


3.      Punishment

Tindakan operant conditioning yang ketiga adalah saat menjelang SNMPTN biasanya bimbel-bimbel mengadakan beberapa try out untuk mengasah kemampuan para siswanya. Saat beberapa kali diadakan try out di bimbel, nilai try out saya tidak terlalu bagus hal ini dikarenakan saya yang tidak terlalu berkonsentrasi belajar dan terlalu mementingkan smartphone yang saya gunakan. Orang tua saya sangat marah melihat hal tersebut dan khawatir jika saya dibiarkan terus begini maka  kemungkinan besar nilai ujian di SNMPTN nanti tidak bagus dan saya tidak dapat ulus di fakultas yang saya inginkan. Oleh karena itu orang tua saya memberikan hukuman kepada saya dengan menyita beberapa gadget dan smartphone yang telah difasilitasi untuk saya dan menggantinya dengan handphone biasa yang hanya bisa digunakan untuk telepon dan sms hingga saya lulus di fakultas yang saya inginkan. Hal ini mereka lakukan agar saya dapat lebih berkonsentrasi belajara dan mendapatkan nilai yang lebih baik.

Dalam hal ini yang berperan sebagai :
a)      Perilaku negatif yaitu penggunaan gadget dan smartphone yang berlebihan.
b)      Punishment yaitu menyita gadget dan smartphone.

No comments:

Post a Comment