Defi Chairunisa (11-085)
Topik
Ruang Lingkup
Pendidikan
Judul
Dinamika
Belajar di Kelas Pada Murid-Murid TK Bunayya
Pendahuluan
Sekolah
merupakan salah satu sumber pengalaman terbesar dalam masa kanak-kanak yang mempengaruhi
sebagian besar aspek dari perkembangan anak. Dalam masa itu, anak dapat
meningkatkan pengetahuan, keahlian dan kemampuan sosialnya, melatih tubuh dan
pikiran mereka serta mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupan mereka yang
akan datang. Pada umumnya pendidikan prasekolah akan mempengaruhi pencapaian
anak pada pendidikan sekolah dasar hingga sekolah lanjutan. Kemudian akan
terlihat bagaimana sekolah mempersiapkan muridnya untuk pendidikan yang lebih
tinggi. Seperti bagaimana sekolah membuat kesepakatan dengan murid tentang drop out dan bagaimana sekolah
mengajarkan muridnya dalam menyelesaikan masalah.
Tujuan utama pendidikan pra-sekolah adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar (Puskur, 2003). Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa fungsi pendidikan pra sekolah, yang mana salah satu diantaranya adalah untuk menyiapkan anak didik memasuki pendidikan dasar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa selain bertujuan dan berfungsi untuk menstimulasi tumbuh kembang anak, pendidikan pra-sekolah sesungguhnya juga berperan penting untuk mengembangkan kesiapan anak didik dalam memasuki pendidikan sekolah dasar.
Memberikan
pengajaran kepada anak prasekolah bukanlah hal yang mudah. Karena dalam
prosesnya, selain membutuhkan kesiapan mengajar seorang pendidik juga harus
memahami perkembangan psikologi anak prasekolah, dan hal ini juga mempengaruhi
teknik mengajar yang harus disesuaikan dengan perkembangan usia mereka.
Landasan
Teori
Prasekolah (bahasa Inggris: pre-school)
merupakan pilihan pendidikan bagi kanak-kanak sebelum memasuki sekolah. Early
Childhood adalah anak yang berusia sejak lahir sampai dengan usia delapan
tahun. Batasan ini seringkali dipergunakan untuk merujuk anak yang belum
mencapai usia sekolah dan masyarakat menggunakanya sebagai tipe Prasekolah.
Pengertian
anak prasekolah menurut The Nation Association for The Education of Young
Childhood (NAEYC), early childhood adalah
anak yang berusia sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun. Menurut
Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12 Ayat 2 menyebutkan bahwa
pendidikan anak prasekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk
mengembangkan pribadi, pengetahuan dan keterampilan yang melandasi pendidikan
dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini
mungkin seumur hidup (Patmonodewo, 2003).
Menurut Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 12 Ayat 2
menyebutkan bahwa pendidikan anak prasekolah adalah pendidikan yang
diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan dan keterampilan yang
melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan
asas pendidikan sedini mungkin seumur hidup (Patmonodewo, 2003).
Pendidikan prasekolah adalah satu
program yang menyediakan pengalaman pembelajaran kanak-kanak yang berumur 4-6
tahun dalam jangka masa satu tahun atau lebih sebelum masuk ke tahun pertama di
sekolah formal. Konsep yang digunakan ialah "Belajar Sambil Bermain"
dengan menekank "Pembelajaran Bertema". Kaedah pembelajaran ialah
meliputi aktivitas kelas, aktivitas kumpulan dan aktivitas individu. Pendidikan
prasekolah bertujuan menyuburkan potensi kanak-kanak dalam semua aspek
perkembangan, menguasai kemahiran asas dan memupuk sikap positif sebagai
persedian untuk masuk ke sekolah dasar.
Pengertian TK
Taman kanak-kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini
pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak
usia 3 sampai 6 tahun. Adapun fungsi TK adalah untuk mengenalkan anak dengan dunia
sekitar, menumbuhkan perilaku yang baik, mengembangkan kemampuan berkomunikasi
yang bersosialisasi, mengembangkan keterampilan, krativitas dan kemampuan anak,
menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Wylie (1998)
mengemukakan bahwa ada beberapa ketrampilan-ketrampilan krusial yang akan
dibutuhkan anak selama perjalanan pendidikannya mulai dari sekolah dasar dan
seterusnya, diantaranya: ketrampilan
menyimak dan mendengarkan, ketrampilan akademik, ketrampilan bekerja secara
mandiri dan secara kelompok, serta ketrampilan berkomunikasi.
Lebih lanjut, Muijs &
Reynolds (2008:280) mengemukakan beberapa ketrampilan kunci untuk meningkatkan
kesiapan sekolah anak pra-sekolah, yaitu:
1.
Ketrampilan sosial, misalnya kemampuan untuk
bekerjasama secara kooperatif, untuk menghormati orang lain, untuk
mengekspresikan emosi dan perasaan dengan cara yang terhormat, untuk
mendengarkan orang lain, untuk mengikuti aturan dan prosedur, untuk duduk
dengan penuh perhatian, dan untuk bekerja secara mandiri.
2.
Ketrampilan komunikasi, misalnya ketrampilan untuk meminta
bantuan dengan cara yang baik dan sopan, ketrampilan untuk memverbalisasikan
pikiran dan perasaan, menjawab pertanyaan terbuka dan tertutup, berpartisipasi
dalam diskusi kelas, dan ketrampilan untuk menghubungkan berbagai ide dan
pengalaman.
3.
Perilaku terkait-tugas, misalnya perilaku tidak mengganggu
anak-anak lain selama proses belajar, ketrampilan anak untuk memantau
perilakunya sendiri, menemukan bahan-bahan yang diperlukan guna menyelesaikan
tugas, mengikuti pengarahan guru, menggeneraliasikan ketrampilan ke berbagai
situasi, bersikap on-task selama mengerjakan pekerjaan yang melibatkan
seluruh kelas, menentukan pilihan, mengawali dan menyelesaikan pekerjaan pada
waktunya tanpa pengarahan guru, dan mencoba berbagai strategi untuk mengatasi
masalah yang berbeda.
Ada beberapa metode
pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengembangkan kesiapan sekolah pada
anak usia pra-sekolah. Metode-metode pembelajaran berikut, merupakan metode
pembelajaran yang banyak direkomendasikan oleh para pakar pendidikan
pra-sekolah untuk mengembangkan kesiapan anak memasuki pendidikan sekolah
dasar.
1.
Metode Bermain. Bermain merupakan cara/jalan bagi
anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan serta cara mereka
menjelajahi dunia lingkungannya. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk
bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara
menyenangkan. Bermain membantu anak menjalin hubungan sosial antar anak
(Padmonodewo, 2003).
2.
Metode belajar
kooperatif. Belajar kooperatif dapat dimaknai anak-anak belajar dalam
kelompok kecil, dan setiap anak dapat berpartisipasi dalam tugas-tugas bersama
yang telah ditentukan dengan jelas, dan supervisi diarahkan oleh guru (Masitoh,
dkk; 2005).
3.
Metode Drama dan
Sandiwara Pendek, adalah cara lain guna memberikan kesempatan kepada anak-anak
untuk ikut ambil bagian di dalam kegiatan yang mereka nikmati, yang memiliki
manfaat pendidikan cukup kuat, khususnya dalam mengembangkan kemampuan
berbahasa dan berbicara anak.
4.
Metode Demonstrasi. Guru menggunakan metode
demonstrasi untuk mendeskripsikan tentang sesuatu yang akan dilakukan
anak-anak. Demosntrasi memadukan strategi pembelajaran “do it signal, modeling,
dan menceritakan-menjelaskan-menginformasikan..
5.
Metode Diskusi Kelompok Kecil atau Diskusi Kelas. Dalam diskusi guru tidak
membimbing percakapan tetapi mendorong anak-anak untuk mengemukakan gagasannya
sendiri dan mengkomunikasikan gagasan secara lebih luas serta mendengarkan
pendapat orang lain.
6.
Metode Pemecahan Masalah. Harlan (1988) dan Hendrick (1997)
dalam Masitoh, dkk. (2005) mengemukakan bahwa dalam kegiatan ini anak-anak
terlibat secara aktif dalam kegiatan perencanaan, peramalan, pembuatan
keputusan, mengamati hasil tindakannya, sedang guru lebih bertindak sebagai
fasilitator yang membimbing dan mengarahkan anak dalam melakukan kegiatan
pemecahan masalah secara lebih baik. Masalah yang baik akan dapat menolong anak
untuk menganalisis, menyampaikan dan mengevaluasi peristiwa, informasi dan ide.
7.
Mengategorisasikan
Objek, seperti mainan atau bahan-bahan lain di kelas, menurut kriteria seperti
bentuk, ukuran, atau warna akan membantu anak-anak mengembangkan ketrampilan
klasifikasi dan kemampuan matematisnya.
Untuk
merancang pendidikan anak, orang tua dan guru perlu berpikir agar tidak terlalu banyak menuntut keterampilan di luar kemampuan
anak. Setiap hari anak-anak membutuhkan latihan kegiatan jasmani yang disertai
kebugaran dan aktivitas yang tinggi tetapi kecenderungan anak saat ini lebih
banyak melakukan kegiatan pasif seperti menonton atau duduk diam di kursi.
Dengan demikian perencanaan yang harus dilakukan oleh guru dan orang tua untuk
mendorong perkembangan jasmani anak antara lain:
1.
Memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain,
2.
Menyediakan fasilitas yang merangsang pergerakan motorik.
Selain pembentukan sikap dan perilaku yang baik
tersebut, anak juga memerlukan kemampuan intelektual agar anak tiap
menghadapi tuntutan masa kini dan yang akan datang. Oleh karena itu, anak
memerlukan penguasaan berbagai kemampuan dasar agar dapat menyesuaikan diri.
Menurut Siskandar, kurikulum
untuk anak usia dini harusnya memperhatikan beberapa prisnip:
1.
Berpusat pada anak,
2.
Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta,
sosial-emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi
manusia,
3.
Memperhatikan perbedaan individu anak, perbedaan keadaan jasmani,
rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya.
Kegiatan belajar
memang sudah seharusnya berpusat pada anak. Seperti teori yang dikemukakan oleh
John Dewey mengenai Progessivism.
Progessivism adalah gerakan pendidikan yang
mengutamakan penyelenggaraan pendidikan sekolah yang berpusat pada anak
(Child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih
berpusat pada guru (Teacher-Centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).
No comments:
Post a Comment