Psikologi
Pendidikan dan Fenomena Pendidikan
Psikologi
secara etimologis, berasal dari kata psyche yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan logos atau ilmu. Selain
itu, seorang ilmuwan bernama Rebek(1988) mengemukakan bahwa Psikologi pada mulanya digunakan para ilmuwan dan para
filosof untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah
laku aneka ragam makhluk hidup mulai dari yang primitif sampai yang modern.
Namun ternyata tidak cocok, dikarenakan menurut para ilmuwan dan filosof, psikologi
memiliki batasan-batasan tertentu yang berada di luar kaidah keilmuan dan etika
falsafi. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku dan proses mental.
Pendidikan secara
harfiyah adalah usaha sadar yang di lakukan oleh pendidik terhadap peserta
didik, untuk mewujudkan tercapainya perubahan tingkah laku, budi pekerti,
keterampilan, dan kepintaran secara intelektual, emosional dan spiritual.
Jadi,
Psikologi Pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada
cara memahami proses belajar dan mengajar dalam lingkungan pendidikan.
Pendapat Tokoh Psikologi Pendidikan :
1. William James (1842-1910)
Memberikan serangkaian kuliah yang bertajuk “Talk to
Teacher”. Dalam kuliah ini James mendiskusikan tentang aplikasi psikologi untuk
mendidik anak. James memberikan sumbangan pemikiran akan pentingnya mempelajari
proses belajar dan mengajar dikelas guna meningkatkan mutu pendidikan.
2.
John Dewey
Dewey mengatakan bahwa :
a) anak-anak merupakan pembelajar aktif
(active learner)
b) Pendidikan seharusnya difokuskan pada anak
secara keseluruhan dan memperkuat
kemampuan anak untuk beradaptasi di lingkungannya
c) Semua anak layak
mendapatkan pendidikan
3. E.L Thorndike
Berpendapat bahwa salah satu tugas
pendidikan di sekolah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran
pada anak.
Psikologi
pendidikan menitikberatkan konsentrasinya dalam persoalan pembelajaran, yakni
persoalan yang erat kaitannya dengan peserta didik, oleh karena itu yang
menjadi sasaran utama dalam dunia psikologi pendidikan adalah para pendidik
ataupun guru. Para pendidik ini dtuntut untuk menguasai psikologi pendidikan
agar dalam proses belajar mengajar mereka mampu menjalankan fungsinya sebagai
tenaga pengajar dan mampu menciptakan kondisi yang efektif selama proses
belajar mengajar berlangsung.
FENOMENA PENDIDIKAN
Banyak
fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia, fenomena-fenomena
tersebut sudah lazim terjadi bahkan dapat dengan mudah kita jumpai di sekitar
kita. Salah satu fenomena pendidikan yang terjadi di Indonesia adalah adanya
kesenjangan sosial yang mengakibatkan terjadinya perbedaan kualitas pendidikan
yang diperoleh. Kehidupan di perkotaan cenderung memiliki kualitas pendidikan
yang jauh lebih baik dibandingkan di pedesaan. Pendidikan di perkotaan jauh
lebih canggih dan lebih modern dibandingkan di pedesaan yang bahkan terkadang
memiliki bangunan sekolah yang sudah tidak layak pakai. Tidak hanya itu,
sekolah yang ada di pedesaan terkadang memiliki jarak yang cukup jauh dari
pemukiman warga yang menyebabkan anak-anak yang ingin ke sekolah harus berjalan
kaki berjam-jam bahkan harus
menyeberangi sungai dengan jembatan yang hampir ambruk. Seperti yang baru-baru ini diberitakan bahwa di
daerah Banten anak-anak menyeberangi jembatan yang terputus demi berangkat ke
sekolah, tentu saja hal ini membahayakan diri mereka sendiri. Hal ini sangat
bertolak belakang dengan kualitas dan fasilitas pendidikan yang disediakan di
perkotaan. Anak-anak di perkotaan dapat dengan mudah berangkat ke sekolah tanpa
harus menyeberangi sungai terlebih dahulu, selain itu sekolah mereka sudah
berstandar internasional dengan kualitas staf pengajar yang jauh lebih baik
dibandingkan staf pengajar di pedesaan. Hal ini seharusnya sudah dapat
diperbaiki oleh pemerintah dengan membentuk suatu sistem pendidikan yang baru
yang dapat memberikan kualitas dan fasilitas pendidikan yang merata di berbagai
daerah di Indonesia karena setiap anak memiliki hak yang sama dalam dunia
pendidikan tanpa harus membedakan status sosial.Dengan begitu kualitas
pendidikan di Indonesia dapat menjadi lebih baik lagi.
Sumber:
No comments:
Post a Comment